Dzikir Bersama Tanggapi Indonesia Darurat Bencana

“Apa arti musibah bagi mereka yang tidak terkena dampak?” Tanya K.H Wahfiudin Sakam, SE., MBA dihadapan 100 orang jemaah di Dusun Slipit, Sumatera Utara.

“Tanbih” atau peringatan.

K.H Wahfiudin Sakam menuturkan, bahwa diatas segala kekuasaan di dunia ini, masih ada kekuasaan yang lebih besar lagi. Oleh karena itu, musibah hendaknya menjadi peringatan bagi kita semua agar tidak berlaku angkuh dengan kekuasaan sementara dan dapat hilang kapan saja.

Kajian dan dzikir bersama berlangsung sejak pukul pukul 20.00 WIB di Masjid Al Huda, Dusun Selipit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Kegiatan juga merupakan salah satu bentuk solidaritas dan kepedulian atas rentetan musibah yang terus terjadi pada penghujung tahun ini.

K.H Wahfiudin, selaku Dewan Pengawas Laznas DPF menambahkan  bahwa musibah hendaknya dapat menyadarkan individu untuk menjauhi sikap egois dan individualis.

Beliau menyiratkan selain ilmu dan amal ibadah, kepedulian sosial yang ditingkatkan dengan kekuatan empati, adalah tiga diantara banyak hal yang harus dioptimalkan.

Kajian dan dzikir berlangsung hingga pukul 22.00 dengan diskusi interaktif yang menghangatkan suasana malam di Dusun yang juga dikenal dengan masyarakat yang masih memegang teguh tradisi Banjar ini.

 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *