Dalam memahami konsep zakat mal, kita mengenal istilah properti. Dalam lingkupnya, properti didefinisikan sebagai “all form of wealth” dimana secara luas ia tidak hanya sesuatu yang bersifat fisik. Ada juga yang disebut dengan intellectual properties yang mencakup; Patent, copyright, confidential information, hingga business model.
Inisiasi pendidikan yang dibangun dengan modul-modul serius, praktik hingga pembimbingan yang intensif, barangkali adalah salah satunya.
Sejak tahun 2010, Djalaluddin Pane Foundation telah merangkul ribuan guru di pelosok daerah dari Sumatera Utara, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Melalui model dari Teacher Competency Development Program (TCDP), DPF berupaya membantu guru untuk dapat mengembangkan kompetensinya dibidang TIK.
Formulasi ini dipilih dengan pertimbangan masih banyaknya guru-guru di daerah yang belum memiliki akses komprehensif untuk memanfaatkan teknologi dalam mengajar. Akses dan kesempatan untuk meningkatkan skill, barangkali adalah priviledge yang mudah diraih oleh guru-guru di kota besar, mereka tidak perlu menghadapi kesulitan transportasi, ketidaaan alat teknologi, hingga ketidakmampuan dalam menggunakan komputer/laptop.
Inisiasi TCDP dibentuk dengan pola fasilitasi dimana para fasilitator hadir langsung ke sekolah-sekolah, berdiskusi, membimbing dan bahkan tinggal di lokasi pelatihan agar lebih mampu memahami dinamika sekitar.
Dengan mengutamakan prinsip fasilitasi, maka keterlibatan guru di dalam program bukan hanya sebagai objek pelatihan, melainkan pilar utama yang disiasatkan agar dapat berswadaya setelah pelatihan berakhir. Semangat berbagi ilmu dari guru, yang awalnya hanya di kelas, berkembang ke media sosial, berkembang ke guru di sekolah lainnya, dan dengan ini jugalah visi masyarakat pembelajar sedikit demi sedikit terbangun.
Pendidikan sejatinya, sesuai kutipan Robert Frost, is the ability to listen to almost anything without losing your temper or your self-confidence, juga relevan dengan pijakan utama fasilitasi di dalam program TCDP. Dimana pada akhirnya orang terdidik tidak hanya perkara kemampuan untuk membaca atau memahami bahasa, namun mereka yang juga mampu mengizinkan orang lain untuk memiliki pendapat dan mendengarkan perspektif yang beragam.