Alih-alih sebagai penyalur zakat, kami justru belajar banyak dari para mustahik, ibu-ibu lanjut usia yang turut hadir pada momen Safari Dakwah di Masjid Baiturrahim Serdang Bedagai, Jum’at 30 April 2021 lalu.
Ibu Saminem salah satunya, usianya 72 tahun. Ditengah kondisi fisik yang tidak lagi prima, Ia dengan tenang dan khusyu’ menyimak kajian yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah LAZNASDPF, K.H Wahfiudin Sakam sore itu.
Ketika dihampiri oleh tim LAZNASDPF, ibu Saminem tengah duduk sendiri, di depannya terletak beragam bantuan sembako hasil penyaluran program Parsel Lebaran Lansia.
“Ibu ada yang jemput?” Tanya salah seorang tim LAZNASDPF ketika menghampiri ibu Saminem. “Tidak apa, nanti pulangnya pakai becak saja,” Jawabnya.
Beliau tinggal sendiri di Kampung Samben, ke empat anaknya telah berkeluarga dan tinggal cukup jauh dari rumah ibu Saminem. Sehari-hari, Ia membantu salah seorang anaknya yang berjualan rujak di pasar.
Hari-hari ini, barangkali sebagian dari kita kerap dipisahkan dari beragam hal subtansial dalam kehidupan sosial, seperti salah satu poin utama dalam fokus pandangan sosiolog, Theodor Adorno; Kelembutan, pengertian, ketenangan, wawasan, dan budaya kolektif/komunitas. Semua hal ini sangat sedikit persediaannya dan sama sekali hampir terputus dari perekonomian saat ini.
Benda-benda non subtansial terus diiklankan, selain tidak memberi manfaat pada kesejahteraan, hal-hal yang hampir tidak penting ini juga dibuat dengan harga yang tidak mampu terjangkau secara ekonomi. Kita terus digerus dalam gaya hidup yang hampir-hampir irasional.
Kembali ke kampung-kampung kecil, bertemu dengan banyak sekali tokoh masyarakat dan warganya dari beragam usia, adalah pengganti makna mudik yang tahun ini musykil terjadi. Di Langkat, Binjai, Tebing Tinggi, hingga Serdang Bedagai, kami menemui banyak sekali pelajaran berharga dan barangkali adalah salah satu hikmah dibulan baik tahun ini.