Memutus Rantai Kemiskinan Antargenerasi

Tulisan ini ditulis berdasarkan refleksi dari Teva Sienicki, seorang Direktur Eksekutif dari sebuah shelter/rumah penampungan sementara bernama Growing Home di Colorado, Amerika Serikat. Shelter ini diperuntukan bagi mereka yang bermasalah secara ekonomi dan tidak memilik tempat berlindung yang aman bagi dirinya dan anak-anaknya.

Teva memulai ceritanya ketika Ia bertemu dengan Jackie, yang kemudian diketahui sebagai salah seorang anak yang dahulu pernah difasilitasi oleh Growing Home. Bertahun-tahun kemudian Ia telah menjadi seorang ibu, kehilangan rumah dan kembali berulang mencari bantuan ke Growing Home untuk perlindungan diri dan anaknya.

Hal ini menjadi pemicu utama bagi Teva untuk mengubah dan menyadari ada yang perlu diperbaiki dari sistem shelternya. Ia mengatakan bahwa shelter ini sejatinya bertujuan untuk membantu keluarga mencapai swasembada bukan hanya menyediakan bantuan yang sifatnya sementara.

Dalam kasus ini, Jackie adalah wajah dari kemiskinan antargenerasi dan ini harusnya tidak terjadi.

Stress yang muncul akibat lahir dalam lingkar kemiskinan, konon secara permanen mempengaruhi otak anak-anak dalam tumbuh kembangnya. Hal ini turut menurunkan ketahanan tubuh hingga meningkatkan peluang mereka dalam sejumlah masalah fisik dan emosional yang serius.

Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkar kemiskinan cenderung tertinggal lebih awal. Jika mereka berusia 4 tahun, maka mereka cenderung 1,5 tahun tahun dibelakang teman-teman mereka yang berada di kelas menengah atas. Dan jika mereka tidak mahir membaca ketika di kelas 3, maka ada 6 kali kemungkinan lebih kecil bagi mereka untuk menyelesaikan sekolah. Hal ini menyebabkan hampir mustahil bagi mereka untuk mengejar ketinggalan.

Berdasarkan pengamatannya, Teva Sienicki mengungkapkan ada dua hal yang salah dalam kerja-kerja mengentaskan ekonomi.

  1. Kita cenderung mendegradasikan kerja-kerja kemiskininan dalam rupa “pekerjaan hati” misalnya seperti charity. Hal ini tentu saja esensial dan juga penting, namun kecenderungan ini jika terus menerus dibingkai dan dipopulerkan, maka kita justru akan terjatuh pada situasi yang meremehkan keseriusan dan kompleksitas dari masalah yang ingin diatasi. Tidak peduli seberapa besar sumbangan makanan atau penyediaan shelter dengan kasur empuk yang disediakan, kita tidak akan bisa mengatasi kemiskinan tanpa mengoptimalkan ide dan pikiran kita secara maksimal untuk masalah ini.
  2. Kita harus berhenti menempatkan beban untuk keluar dari kemiskinan pada mereka yang mengalaminya dan mulai menghancurkan sistem yang menahan mereka di dalamnya.

Dengan perspektif demikian, Teva menemukan skala-skala sederhana dalam pendekatan untuk mengakhiri kemiskinan sistemik. Ia menekankan pentingnya melibatkan individu dalam lingkaran kemiskinan ini dengan mengundang dan menjadikan mereka bagian dari proses kerja,

“It stop being about doing things for people, and it becomes about doing things with people.”

Ungkapnya dalam sesi pembicaraan di Tedx Talks pada 15 Desember, tahun 2016 yang lalu. Video lengkap atas sesi ini juga dapat ditonton melalui link berikut https://www.youtube.com/watch?v=vvlozhvQPJw

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *